Blognya Orang GOBLOK

Blognya orang GOBLOk yang pengen pinter,hanya sebagai koleksi pribadi yang isinya di ambil dari berbagai sumber dan sebagai tempat belajar buat saya pribadi.

Tuesday, November 16, 2010

Archimedes Death Ray


Tesla Death Ray, mungkin bagi para pembaca tidak asing lagi mendengar istilah tersebut. Wajar memang, mengingat beberapa waktu yang lalu, bro Enigma merilis artikel dengan judul yang hampir mirip, apalagi jika bukan tentang Tesla Death Ray. Nah, dalam postingan kali ini, saya akan membahas tentang Archimedes Death Ray, sebuah senjata mematikan yang diduga dirancang oleh seorang ahli matematika, fisikawan, insinyur, penemu, dan astronom tersohor asal Yunani, yaitu Archimedes.



Nikolai Tesla memang dikenal sebagai ahli fisika yang brilian. Meskipun banyak spekulasi mengenai beliau, namun tidak dipungkiri lagi jika Tesla adalah salah satu ilmuwan paling brilian dalam sejarah ilmu pengetahuan dan dunia. Akan tetapi, jangan kira di kehidupan sebelum era Nikolai Tesla tidak ada figur yang begitu jenius hingga mampu merubah peradaban manusia. Banyak ilmuwan - ilmuwan brilian tercipata pada abad kedua Masehi , salah satunya adalah Archimedes.



Menurut kisah yang diceritakan oleh Lucian, seorang penulis asal Yunani abad kedua, terjadi sebuah penyerangan oleh armada Triremes ketika mereka sampai di kota Syracuse. Karena serangan yang mendadak dan besar, pihak Yunani hampir saja kewalahan untuk membendung serangan dari Triremes tersebut. Singkat cerita, Archimedes pun diminta untuk membuat sebuah senjata untuk mengalahkan armada bangsa Triremes dengan ilmu pengetahuannya.





Lalu, beberapa saat kemudian, terciptalah sebuah alat yang dapat menghasilkan panas yang cukup untuk membakar kapal dengan memanfaatkan sinar matahari. Alat yang sebagian besar menggunakan cermin sebagai "senjata" utamanya tersebut memadukan cara kerja kaca pembesar atau LUV dengan cermin. Jadi, beberapa cermin diletakkan dengan posisi yang telah diatur sebelumnya, lalu pantulan yang dihasilkan oleh cermin - cermin tadi difokuskan kepada satu titik, dan akhirnya...panas yang dihasilkan tersebut membakar kapal yang terbuat dari kayu, karena itu alat ini terkadang juga disebut dengan Archimedes Heat Ray. Menurut kisah, Yunani berhasil mempertahankan kota Syracuse dengan menggunakan senjata hasil rancangan Archimedes tersebut.


Konsep Archimedes Death / Heat Ray

Namun, yang namanya kisah, pasti akan menimbulkan sebuah debatable topic yang tidak akan ada habisnya. Bahkan, perdebatan mengenai kebenaran senjata ini telah berlangsung sejak era Renaissance. Menurut mereka, Archimedes tidak mungkin menggunakan cermin sebagai media pemantul cahaya, karena dimasa penyerangan seperti itu, sangat mustahil membuat cermin reflektor dengan tepat waktu. Lalu, apa yang dipakai oleh bangsa Yunani kala itu? Jika kisah tersebut benar - benar pernah terjadi, mungkin bangsa Yunani menggunakan ratusan tameng yang dilapisi dengan perunggu sebagai pengganti cermin reflektor.

Percobaan mengenai alat ini pernah dilakukan oleh ilmuwan asal Yunani pada tahun 1973, Loannis Sakkas. Dalam eksperimen yang ia lakukan di pangkalan Angkatan Laut Skaramagas, ia menggunakan 70 cermin. Tiap cermin yang berukuran 1,5 x 1 meter tersebut disusun sedemikan rupa dan diarahkan ke kapal perang Roma yang terbuat dari kayu yang berjarak 50 meter dari alat Sakkas. Lalu, setelah semuanya siap, 70 cermin tadi diarahkan secara bersamaan dan difokuskan ke kapal perang tadi. Hasilnya, kapal perang tersebut terbakar dalam hitungan menit sejak cahaya matahari yang difokuskan oleh alat milik Sakkas menyorot kapal perang tersebut. Beberapa menit kemudian, kapal perang tersebut habis terbakar, hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan bahan cat dalam kapal tersebut yang berjenis tar yang menyebabkan api menjadi lebih besar.



Eksperimen yang dilakukan oleh Loannis Sakkas diyakini sebagai eksperimen pertama untuk membuktikan kebenaran rancangan Archimedes Death Ray, lalu apakah di era modern ini ada yang tertarik untuk membuktikan alat ini lagi? Jawabannya adalah ADA. Pada bulan Oktober 2005, sekelompok mahasisiwa dari MIT bekerjasama dengan sebuah acara TV MythBusters melakukan eksperimen untuk membuktikan keampuhan Archimedes Death Ray. Dengan menggunakan beberapa cermin datar dan replika kapal perang Roma berukuran 30 meter ( hanya berupa kapal 2 dimensi, bukan replika sesungguhnya ) mereka siap merekonstruksi ulang peristiwa Syracuse.



Pada hari Jumat tanggal 30 September, rekonstruksi pertama pun dimulai. Setelah semua cermin siap pada posisinya, maka cahaya matahari segera difokuskan ke replika kapal perang tersebut. Namun, beberapa saat kemudian awan cirrostratus menyelimuti langit. Awan ini memang tidak membuat langit menjadi gelap, namun awan ini bersifat menyebarkan cahaya matahari, sehingga meskipun langit tampak cerah, namun cahaya matahari yang diterima oleh cermin reflektor tidak maksimal. Selain itu, kendala lain yang dihadapi tim adalah susahnya mengarahkan cahaya untuk fokus di satu titik secara statis, padahal targetnya dalam keadaan diam.



Eksperimen pertama dianggap gagal, lalu pada tanggal 4 Oktober mereka mengulanginya lagi, namun kali ini dengan rancangan yang berbeda. Mereka memindahkan tempat eksperimen ke sebuah lapangan agar cahaya yang didapat lebih maksimal. Replika kapal perang masih tetap sama, hanya saja kini ditambahkan aditif sebagai pemacu api ketika terbakar nanti, mirip dengan cat yang melapisi kapal perang Roma. Selain itu, kini mereka menggunakan 127 cermin dengan susunan yang diatur sedemikian rupa.





Cermin - cermin tersebut nantinya akan diarahkan secara serentak ke target begitu rekonstruksi dimulai. Sebuah papan bertanda X digunakan sebagai patokan untuk membidik target.



Setelah semua siap, pada pukul 11.45 waktu setempat, rekonstruksi pun dimulai. 5 anggota tim bergerak cepat untuk mengarahkan cermin - cermin tersebut ke target, hal ini membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit.



Seorang anggota tim mencoba untuk merasakan sinar matahari yang difokuskan tersebut, dan...melihat dari reaksinya, ia tahu jika sinar itu memang panas.



20 menit kemudian, titik api masih belum terbentuk, meskipun begitu, lapisan cat yang melapisi replika tersebut mulai berubah, asap pun mulai terlihat dan suhunya diperkirakan telah mencapai 398 derajat Celcius.





Lalu, beberapa saat kemudian, setelah suhu mencapai kurang lebih 593 derajat Celcius, titik api pun mulai terbentuk dan dengan pengaruh dari bahan cat replika tadi, maka tidak dibutuhkan waktu yang lama hingga api membesar. Sayangnya, tidak dicantumkan berapa waktu yang dibutuhkan alat tersebut untuk menciptakan api hingga membakar kapal perang, namun dari timeline ekperimen kedua tadi, bisa kita perkirakan sendiri bukan kapan kapal tersebut bisa terbakar setelah menerima sinar matahari? mungkin sekitar 30 atau 40 menitan.

Meskipun ekperimen tersebut berhasil membuktikan jika rancangan Archimedes Death Ray berhasil "membakar" kapal perang tersebut, namun ekperimen tersebut bisa dikatakan gagal jika dilihat dari hasil yang diperoleh. Pertama, dalam eksperimen tadi, dibutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk menciptakan titik api hingga tercipta kebakaran. Dengan waktu yang selama itu, pihak musuh masih dapat melancarkan serangannya, atau bahkan menghancurkan senjata itu sendiri.

Kedua, kesalahan terbesar dalam eksperimen tersebut adalah timeline rekonstruksinya sendiri. Mereka menggunakan replika kapal yang tidak bergerak, hal ini tentunya sangat berbeda dengan kenyataan. Dalam peristiwa sesungguhnya, pasti kapal perang tersebut bergerak terus, dan akan sulit untuk memfokuskan sinar matahari tersebut ke satu kapal yang berada dalam keadaan bergerak. Sebagai contoh saja, jika kita menggunakan kaca pembesar, lalu kita fokuskan cahaya matahari ke kertas yang statis (tidak bergerak), maka tidak sampai satu menit, kertas tersebut pasti akan terbakar, tetapi lain ceritanya jika kertas tersebut dalam keadaan bergerak, saya rasa titik api akan mustahil terbentuk dalam kondisi seperti itu, begitu juga dengan kapal perang tersebut.



Eksperimen tersebut juga gagal jika dilakukan pada kapal kayu asli. Setelah dicoba, ternyata cermin - cermin reflektor tersebut tidak mampu membakar kapal tersebut karena pengaruh kelembaban kayu kapal yang diperoleh dari air laut.


Kesimpulan


Jika benar rancangan senjata ini dibuat oleh Archimedes, maka bagi seorang ahli matematika dan jenius seperti Archimedes pastilah telah mempunyai hitungan yang tepat tentang konstruksi senjata tersebut. Mungkin lebih dari sekedar reflektor cahaya untuk membuat Archimedes Death Ray, karena jika kebenarannya diperdebatkan sejak era Ranaissance, maka rancangan sebenarnya mungkin tidak main - main( jika ada ). Bagi saya, jika ADR tidak sampai membakar kapal, mungkin cahaya yang dihasilkannya masih mampu untuk memberikan pertahanan bagi kota Syracuse, yaitu dengan sinar mataharinya yang menyilaukan. Cukup bukan untuk membuat armada Triremes menjadi buta sesaat dan sulit untuk melakukan penyerangan?
Last, jika memang ADR benar adanya, maka tidak dapat dipungkiri lagi jika pemikiran pada masa sebelum masehi tidak bisa diremehkan begitu saja walaupun dengan konsep yang paling sederhana sekalipun.

Related Post



No comments:

Post a Comment